Ini
sebuah kisah klasik yang ingin sedikit kuceritakan tentang sebuah coretan
kenangan masa lalu yang indah di sebuah sekolah kecil di kotaku yang kecil ini.
Mungkin hal ini yang selalu terjadi pada semua orang ketika mereka ingin
berpisah, benar perpisahan memang sangat menyakitkan bagi siapapun yang
mengalaminya. Banyak hal yang di dunia ini yang tidak pernah kita ketahui
seperti bagaimana hal sekecil apapun bisa terlintas dengan jelas dalam benak
kita jika sudah berpisah. Kutipan-kutipan kalimat dari beberapa potongan lagu
yang menjadi penyemangat dan sekaligus menjadi sebuah makna yang terdalam. Dan
beberapa mimpi-mimpi yang terkubur yang sudah terbayang di masa depan.
Aku bersepeda berjalan mengikuti
arah jalan aku melintasi sebuah jalanan yang dulu aku pijak bersama
orang-orangku, kuhentikan langkahku untuk menyelusuri sebuah lorong kenangan
masa lalu, masih terlintas dalam fikiranku tentang kenanganku bersama dengan
ribuah fragmen wajah-wajah dulu.
Aku berjalan di pinggir jalan yang
agak terik, dulu kuingat sekali bagaimana lucunya aku dan teman-teman berjalan
kaki beramai-ramai sambil menunggu ojek yang lewat kami berjalan melewati jalan
ini, teduh dan sejuk karena pohon-pohon besar yang tumbuh dengan lebat, beramai-ramai
dengan tingkah konyol kami tertawa.
Dulu jalanan ini masih sangat
rindang dan sejuk, aku selalu senang ketika pulang sekolah, ramai sekali
beberapa dari mereka berlari dan terkadang ada yang pura-pura bertengkar. Lucu
sekali ketika mengingatkan hal itu.
Ternyata sebuah jalanan pun pernah
menjadi saksi bisu kisah kami, pohon, udara yang sejuk dan suara-suara
cekikikan dari mereka masih terlintas jelas dalam otakku. Kutelusuri lagi
jalanan itu dan aku berhenti tepat di sebuah bangunan kokoh berwarna kuning di
hiasi pagar yang tinggi berwarna merah. Ku jejakkan kakiku menuju gedung itu.
Aku memasuki sebuah gedung sekolah,
tertera di sana nama sekolahku “SMP N 1 MUARADUA” aku memasuki gedung sekolah
itu, kuhirup aroma gedung sekolah itu, sekarang sudah berbeda sekali dengan
dulu, banyak sekali yang berubah, aku menyelusuri lorong kelas, kulihat disana
kelas-kelas yang kosong dengan kursi-kursi yang tak rapi susunannya, ada
sedikit goresan kenangan di setiap lorong kelas itu, aku berjalan terus menyelusuri
semua ruang kelas, aku berhenti di depan sebuah kelas, kulihat pintu kelas itu
masih terkunci aku sedikit mengintip sedikit melalui jendela kelas yang
berdebu, aku tersenyum melihat keadaan kelas itu, kursi-kursi tidak tersusun
dengan rapi sampah-sampah masih ada di mana-mana, meja meja yang penuh dengan
ribuan coretan.
Dulu kelas itu tidak sebagus
sekarang, dulu kelas itu adalah saksi bisu dimana ribuan kejadian terjadi,
kuingat dulu pintu kelasku tidak sebagus sekarang, terdapat sebuah lubang berukuran
sedang, dengan ruang kelas yang berantakan. Aku lalu berjalan menuju lapangan
basket, lapangan ini dulu aku ingat sekali, aku bermain basket dengan
teman-temanku setiap pelajaran olahraga aku selalu berlari keruangan olahraga
dan mengambil bola basket, bermain bersama dengan mereka. Tak lupa juga dulu
aku ikut kegiatan marching band dan latihan di lapangan basket ini, banyak
sekali kejadian-kejadian yang lucu di lapangan basket ini.
Aku kembali lagi menyelusuri
berbagai tempat sampai akhirnya aku sampai di sebuah ruangan, tertulis di
sebuah papan “ruang osis”, ingat dulu ketika kami bosan ada di kelas kami semua
pergi ke ruang osis untuk mengerjakan suatu acara atau lomba.
Banyak tempat yang meninggalkan
goresan kenangan masa lalu, bahkan sebuah mushola pun pernah terjadi beberapa
kejadian lucu mulai dari saat ingin sholat sampai hal-hal yang memalukan
terjadi di mushola.
Aku tersenyum mengingat
kejadian-kejadian di sekolah ini, terkadang aku berharap agar aku bisa bertemu
lagi dengan teman-temanku. Sekolah ini memberikan banyak pengalaman yang indah
bagiku, dan membuatku kembali mengingat kekonyolan
Aku duduk di sebuah warung di depan
sekolahku dulu, kuingat sekali dulu ketika pulang sekolah seluruh siswa/siswi
berhamburan keluar dari gerbang terkadang berdesak-desakan, sebelum pulang
kerumah masing-masing seperti biasa kami melakukan hal yang biasa kami lakukan
yaitu duduk menunggu angkutan umum berupa ojek yang akan menghampiri kami,
semua orang saat itu sibuk sekali, ada yang hanya duduk dan ada yang membeli
berbagai macam makanan. Membicarakan hal yang menurut kami pantas untuk
dibicarakan.
Tak banyak hal yang ingin aku
katakan kepada mereka, mereka sangat berbeda dengan yang lain, ada sedikit luka
ketika aku menceritakan kenangan ini. Kulihat raut wajah mereka ketika sedang
dikelas sibuk dengan urusan masing-masing, saat tidak ada guru seperti biasa
kami melakukan hal yang biasa kami lakukan berkumpul dan bercerita tentang
hal-hal yang entah apa.
Bertemu dengan orang-orang baru
memang lebih baik tapi bertemu dengan mereka adalah hal yang istimewa,
bayangkan saja bagaimana tidak, belajar dan memahami sifat-sifat konyol mereka
membuatku menemukan siapa diriku, mengubah cara hidupku dan membuatku semakin
percaya pada mimpiku. Melihat mereka seperti melihat sebuah hal yang gila dalam
hidup, belajar hal-hal yang menurutku tidak masuk akal, berkelana tak ada guna.
Belajar menghargai satu sama lain,
kompak dalam hal apapun, saling menjatuhkan satu sama lain, berteriak, tertawa
bebas, membenci dan menghina itu adalah hal yang sering kami lakukan, tetapi
selalu saja sakit ketika mengingat semua ini.
Masih kuingat dulu bagaimana kami
mengenal kalimat ‘cinta’, masih kuingat ketika terjadi cinta lokasi di dalam
kelas bagaimana sibuknya mereka dalam hal mencintai dan dicintai. Ketika mereka
mengenal cinta mereka, mereka semua mulai menjadi dewasa, membayangkan masa
depan yang padahal belum tentu mereka semua itu benar.
Aku sebenarnya juga merasakan
seperti mereka rasakan, aku menyukai seseorang tetapi aku hanya bisa
memendamnya saja, setiap kali aku menyukai seseorang aku selalu memendamnya
saja, karena menurutku akan sia-sia saja jika menunjukkan cinta kita tetapi
tidak terbalas, aku hanya bisa menunggu, setiap orang yang kusukai selalu
menyukai orang lain, aku tidak merasa cemburu karena aku hanya bisa menyukainya
sendiri tanpa ada orang yang tau, hanya merasakannya dari kejauhan.
Satu hal lagi, akan kuceritakan
bagaimana guru-guru yang membuatku berani mempercayai mimpiku. Biar
kuperkenalkan dia bernama Pak Cipyadi, dia guru PKN-ku dulu, dia selalu
mengajarkanku dan semua teman-temanku dengan cara yang berbeda dan memberikan
semua semangat yang tak ada habis-habisnya, aku kagum dengannya karena ia
pernah berkata kepada seluruh siswanya untuk membuktikan akan sukses dimasa
depan, aku pernah melihatnya menangis, benar ia pernah menangis bersama kami,
kulihat air matanya jatuh ketika kami akan berpisah, sungguh sangat pilu, raut
wajahnya berubah menjadi merah dan sedih tetapi dia tahan. Aku menangis, yah
aku menangis karena aku sebentar lagi akan kehilangan orang-orang yang
kucintai. Ku tatap satu persatu wajah mereka yang menunduk menangis ketika
diacara perpisahan sekolah. Perlahan kudengar suara-suara mereka yang menangis.
Satu lagi guru Bahasa Inggris-ku dia
bernama Pak Sofiyanto, guruku satu ini sangat ingin sekali menjadi tentara
tetapi dia tidak berhasil dari pengalamannya itu dia selalu berkata kepada kami
dan memberikan satu kalimat sampai sekarang masih kuingat “if you can’t get what you love, love what you get” guruku satu ini
selalu mengajarkan aku dan teman-temanku untuk selalu bersyukur apa yang kita
punya, dia tak pernah mengeluh untuk selalu bilang kepadaku jika aku harus
belajar lagi untuk memperlancar Bahasa Inggrisku, dengan semangat aku selalu
belajar Bahasa Inggrisku setiap hari. Mereka adalah bagian dari serpihan
kenangan itu.
Seandainya saat itu aku boleh
mengatakan hal-hal yang ingin kukatakan, akan kusampaikan jika aku ingin
mengulang waktu itu dan memohon kepada mereka untuk jangan pergi tetapi aku
tidak bisa. Aku menunduk menangis dan memejamkan mataku.
Ada saatnya kita harus memilih
sesuatu dan melepaskan sesuatu karena untuk lebih baik kita harus melepaskan
sesuatu yang berharga. Kenapa harus ada hari esok untuk menunggu ? .
Aku duduk disebuah warung kecil
dibawah pohon, angin sepoi-sepoi dengan berhembus ke wajahku dan memainkan
helai rambutku. Aku menatap disekitarku, langit sore yang memantulkan sinar
kuningnya ke tembok-tembok sekolah itu, jalanan yang sepi sekali beberapa
aktivitas penduduk lain memberikan kesan tersendiri bagiku.
Aku hampir tak percaya sekarang
semuanya sudah berbeda sangat berbeda, dulu ketika kami les kuingat sekali kami
berjalan kaki pulang dengan suasana seperti ini indah dan cerah, mencari ojek
bersama dan tertawa dengan polosnya.
Aku melihat kearah samping, kulihat
bayangan wajah mereka ketika sedang melakukan hal-hal yang lucu diwarung itu,
samar-samar kulihat bayangan mereka yang tertawa lepas. Andaikan bisa kembali
ke masa itu, akan banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan kepada mereka,
keadaan mereka, perasaan mereka dan pengalaman yang berkesan bagi mereka saat
disekolah ini.
Aku ingin bertanya apa mereka juga
merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi. Merindukan kenangan yang tak akan
terlupakan ? merindukan hal-hal yang lucu sama seperti diriku ? entahlah aku
agak takut bertanya seperti ini.
Masih ada setitik rasa sakit ketika
aku melihat semua ini sekarang, masih ada rasa penyeselan dalam hidupku, dan
hatiku selalu berkata andai saja kejadian ini tak pernah terjadi dalam hidupku.
Aku lalu menaiki sepeda dan pergi dari tempat itu. Tak ku sangka hari itu
adalah hari terakhirku bersama dengan teman-temanku. Kulihat samar-samar bangku
panjang itu tak kusangka hari itu menjadi hari terakhirku berjumpa dengan
mereka.
Suatu saat nanti entah meskipun di
tempat yang berbeda aku dan mereka akan bertemu dan menceritakan cita-cita kami
yang telah tercapai.