Senin, 03 November 2014

kumpulan cerpen : Yang Terlewatkan BY : Intan Larasati



Ini sebuah kisah klasik yang ingin sedikit kuceritakan tentang sebuah coretan kenangan masa lalu yang indah di sebuah sekolah kecil di kotaku yang kecil ini. Mungkin hal ini yang selalu terjadi pada semua orang ketika mereka ingin berpisah, benar perpisahan memang sangat menyakitkan bagi siapapun yang mengalaminya. Banyak hal yang di dunia ini yang tidak pernah kita ketahui seperti bagaimana hal sekecil apapun bisa terlintas dengan jelas dalam benak kita jika sudah berpisah. Kutipan-kutipan kalimat dari beberapa potongan lagu yang menjadi penyemangat dan sekaligus menjadi sebuah makna yang terdalam. Dan beberapa mimpi-mimpi yang terkubur yang sudah terbayang di masa depan.
            Aku bersepeda berjalan mengikuti arah jalan aku melintasi sebuah jalanan yang dulu aku pijak bersama orang-orangku, kuhentikan langkahku untuk menyelusuri sebuah lorong kenangan masa lalu, masih terlintas dalam fikiranku tentang kenanganku bersama dengan ribuah fragmen wajah-wajah dulu.
            Aku berjalan di pinggir jalan yang agak terik, dulu kuingat sekali bagaimana lucunya aku dan teman-teman berjalan kaki beramai-ramai sambil menunggu ojek yang lewat kami berjalan melewati jalan ini, teduh dan sejuk karena pohon-pohon besar yang tumbuh dengan lebat, beramai-ramai dengan tingkah konyol kami tertawa.
            Dulu jalanan ini masih sangat rindang dan sejuk, aku selalu senang ketika pulang sekolah, ramai sekali beberapa dari mereka berlari dan terkadang ada yang pura-pura bertengkar. Lucu sekali ketika mengingatkan hal itu.
            Ternyata sebuah jalanan pun pernah menjadi saksi bisu kisah kami, pohon, udara yang sejuk dan suara-suara cekikikan dari mereka masih terlintas jelas dalam otakku. Kutelusuri lagi jalanan itu dan aku berhenti tepat di sebuah bangunan kokoh berwarna kuning di hiasi pagar yang tinggi berwarna merah. Ku jejakkan kakiku menuju gedung itu.
            Aku memasuki sebuah gedung sekolah, tertera di sana nama sekolahku “SMP N 1 MUARADUA” aku memasuki gedung sekolah itu, kuhirup aroma gedung sekolah itu, sekarang sudah berbeda sekali dengan dulu, banyak sekali yang berubah, aku menyelusuri lorong kelas, kulihat disana kelas-kelas yang kosong dengan kursi-kursi yang tak rapi susunannya, ada sedikit goresan kenangan di setiap lorong kelas itu, aku berjalan terus menyelusuri semua ruang kelas, aku berhenti di depan sebuah kelas, kulihat pintu kelas itu masih terkunci aku sedikit mengintip sedikit melalui jendela kelas yang berdebu, aku tersenyum melihat keadaan kelas itu, kursi-kursi tidak tersusun dengan rapi sampah-sampah masih ada di mana-mana, meja meja yang penuh dengan ribuan coretan.
            Dulu kelas itu tidak sebagus sekarang, dulu kelas itu adalah saksi bisu dimana ribuan kejadian terjadi, kuingat dulu pintu kelasku tidak sebagus sekarang, terdapat sebuah lubang berukuran sedang, dengan ruang kelas yang berantakan. Aku lalu berjalan menuju lapangan basket, lapangan ini dulu aku ingat sekali, aku bermain basket dengan teman-temanku setiap pelajaran olahraga aku selalu berlari keruangan olahraga dan mengambil bola basket, bermain bersama dengan mereka. Tak lupa juga dulu aku ikut kegiatan marching band dan latihan di lapangan basket ini, banyak sekali kejadian-kejadian yang lucu di lapangan basket ini.
            Aku kembali lagi menyelusuri berbagai tempat sampai akhirnya aku sampai di sebuah ruangan, tertulis di sebuah papan “ruang osis”, ingat dulu ketika kami bosan ada di kelas kami semua pergi ke ruang osis untuk mengerjakan suatu acara atau lomba.
            Banyak tempat yang meninggalkan goresan kenangan masa lalu, bahkan sebuah mushola pun pernah terjadi beberapa kejadian lucu mulai dari saat ingin sholat sampai hal-hal yang memalukan terjadi di mushola.
            Aku tersenyum mengingat kejadian-kejadian di sekolah ini, terkadang aku berharap agar aku bisa bertemu lagi dengan teman-temanku. Sekolah ini memberikan banyak pengalaman yang indah bagiku, dan membuatku kembali mengingat kekonyolan
            Aku duduk di sebuah warung di depan sekolahku dulu, kuingat sekali dulu ketika pulang sekolah seluruh siswa/siswi berhamburan keluar dari gerbang terkadang berdesak-desakan, sebelum pulang kerumah masing-masing seperti biasa kami melakukan hal yang biasa kami lakukan yaitu duduk menunggu angkutan umum berupa ojek yang akan menghampiri kami, semua orang saat itu sibuk sekali, ada yang hanya duduk dan ada yang membeli berbagai macam makanan. Membicarakan hal yang menurut kami pantas untuk dibicarakan.
            Tak banyak hal yang ingin aku katakan kepada mereka, mereka sangat berbeda dengan yang lain, ada sedikit luka ketika aku menceritakan kenangan ini. Kulihat raut wajah mereka ketika sedang dikelas sibuk dengan urusan masing-masing, saat tidak ada guru seperti biasa kami melakukan hal yang biasa kami lakukan berkumpul dan bercerita tentang hal-hal yang entah apa.
            Bertemu dengan orang-orang baru memang lebih baik tapi bertemu dengan mereka adalah hal yang istimewa, bayangkan saja bagaimana tidak, belajar dan memahami sifat-sifat konyol mereka membuatku menemukan siapa diriku, mengubah cara hidupku dan membuatku semakin percaya pada mimpiku. Melihat mereka seperti melihat sebuah hal yang gila dalam hidup, belajar hal-hal yang menurutku tidak masuk akal, berkelana tak ada guna.
            Belajar menghargai satu sama lain, kompak dalam hal apapun, saling menjatuhkan satu sama lain, berteriak, tertawa bebas, membenci dan menghina itu adalah hal yang sering kami lakukan, tetapi selalu saja sakit ketika mengingat semua ini.
            Masih kuingat dulu bagaimana kami mengenal kalimat ‘cinta’, masih kuingat ketika terjadi cinta lokasi di dalam kelas bagaimana sibuknya mereka dalam hal mencintai dan dicintai. Ketika mereka mengenal cinta mereka, mereka semua mulai menjadi dewasa, membayangkan masa depan yang padahal belum tentu mereka semua itu benar.
            Aku sebenarnya juga merasakan seperti mereka rasakan, aku menyukai seseorang tetapi aku hanya bisa memendamnya saja, setiap kali aku menyukai seseorang aku selalu memendamnya saja, karena menurutku akan sia-sia saja jika menunjukkan cinta kita tetapi tidak terbalas, aku hanya bisa menunggu, setiap orang yang kusukai selalu menyukai orang lain, aku tidak merasa cemburu karena aku hanya bisa menyukainya sendiri tanpa ada orang yang tau, hanya merasakannya dari kejauhan.
            Satu hal lagi, akan kuceritakan bagaimana guru-guru yang membuatku berani mempercayai mimpiku. Biar kuperkenalkan dia bernama Pak Cipyadi, dia guru PKN-ku dulu, dia selalu mengajarkanku dan semua teman-temanku dengan cara yang berbeda dan memberikan semua semangat yang tak ada habis-habisnya, aku kagum dengannya karena ia pernah berkata kepada seluruh siswanya untuk membuktikan akan sukses dimasa depan, aku pernah melihatnya menangis, benar ia pernah menangis bersama kami, kulihat air matanya jatuh ketika kami akan berpisah, sungguh sangat pilu, raut wajahnya berubah menjadi merah dan sedih tetapi dia tahan. Aku menangis, yah aku menangis karena aku sebentar lagi akan kehilangan orang-orang yang kucintai. Ku tatap satu persatu wajah mereka yang menunduk menangis ketika diacara perpisahan sekolah. Perlahan kudengar suara-suara mereka yang menangis.
            Satu lagi guru Bahasa Inggris-ku dia bernama Pak Sofiyanto, guruku satu ini sangat ingin sekali menjadi tentara tetapi dia tidak berhasil dari pengalamannya itu dia selalu berkata kepada kami dan memberikan satu kalimat sampai sekarang masih kuingat “if you can’t get what you love, love what you get” guruku satu ini selalu mengajarkan aku dan teman-temanku untuk selalu bersyukur apa yang kita punya, dia tak pernah mengeluh untuk selalu bilang kepadaku jika aku harus belajar lagi untuk memperlancar Bahasa Inggrisku, dengan semangat aku selalu belajar Bahasa Inggrisku setiap hari. Mereka adalah bagian dari serpihan kenangan itu.
            Seandainya saat itu aku boleh mengatakan hal-hal yang ingin kukatakan, akan kusampaikan jika aku ingin mengulang waktu itu dan memohon kepada mereka untuk jangan pergi tetapi aku tidak bisa. Aku menunduk menangis dan memejamkan mataku.
            Ada saatnya kita harus memilih sesuatu dan melepaskan sesuatu karena untuk lebih baik kita harus melepaskan sesuatu yang berharga. Kenapa harus ada hari esok untuk menunggu ? .
            Aku duduk disebuah warung kecil dibawah pohon, angin sepoi-sepoi dengan berhembus ke wajahku dan memainkan helai rambutku. Aku menatap disekitarku, langit sore yang memantulkan sinar kuningnya ke tembok-tembok sekolah itu, jalanan yang sepi sekali beberapa aktivitas penduduk lain memberikan kesan tersendiri bagiku.
            Aku hampir tak percaya sekarang semuanya sudah berbeda sangat berbeda, dulu ketika kami les kuingat sekali kami berjalan kaki pulang dengan suasana seperti ini indah dan cerah, mencari ojek bersama dan tertawa dengan polosnya.
            Aku melihat kearah samping, kulihat bayangan wajah mereka ketika sedang melakukan hal-hal yang lucu diwarung itu, samar-samar kulihat bayangan mereka yang tertawa lepas. Andaikan bisa kembali ke masa itu, akan banyak pertanyaan yang ingin kutanyakan kepada mereka, keadaan mereka, perasaan mereka dan pengalaman yang berkesan bagi mereka saat disekolah ini.
            Aku ingin bertanya apa mereka juga merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi. Merindukan kenangan yang tak akan terlupakan ? merindukan hal-hal yang lucu sama seperti diriku ? entahlah aku agak takut bertanya seperti ini.
            Masih ada setitik rasa sakit ketika aku melihat semua ini sekarang, masih ada rasa penyeselan dalam hidupku, dan hatiku selalu berkata andai saja kejadian ini tak pernah terjadi dalam hidupku. Aku lalu menaiki sepeda dan pergi dari tempat itu. Tak ku sangka hari itu adalah hari terakhirku bersama dengan teman-temanku. Kulihat samar-samar bangku panjang itu tak kusangka hari itu menjadi hari terakhirku berjumpa dengan mereka.
            Suatu saat nanti entah meskipun di tempat yang berbeda aku dan mereka akan bertemu dan menceritakan cita-cita kami yang telah tercapai.