Selasa, 13 Agustus 2019

Aku dan pertemuan dengan Naro

Hari kamis pagi,

Aku masih terperangkap dalam kumpulan kertas-kertas yang berantakan di atas kasurku. Semalam pasti abayi menggendongku ke kasur, karena pagi tadi setengah sadar aku mendengar suara dia berkata " jingga, lain kali jangan sering makan nasi padang lagi aku rasa badanmu sekarang sudah naik 2kg, kalau kau tidur di balkon sekali lagi aku biarkan saja, tapi mana tega aku biarkan kamu tidur diluar nanti kamu digigit nyamuk pasti aku yang khawatir"
Aku terkekeh mengingat kejadian itu. Abayi, laki-laki itu memang lucu sekali.

Aku melepaskan pena dan kertas yang kupegang dari tadi.

Kurebahkan tubuhku diantara tumpukan kertas itu, sudah hampir jam 9 pagi, aku menatap ke arah jendela yang sedang disinari sinar matahari pagi, cahayanya masuk menembus dari sekat-sekat jendela.
Aku membuka buku diary berwarna orangeku, buku diary itu dari abayi, kata abayi, aku jangan pernah berhenti menulis, puisiku bagus, ceritaku pun bagus. Sebenarnya sudah lama sekali aku tidak menulis karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku.
Walaupun diary itu dari abayi, tapi aku jarang memberitahu abayi apa isi dari buku itu.
Nanti saja, ada waktu untuk memberitahu banyak hal kepada abayi.
Baru saja ingin membayangkan tentang abayi, tiba-tiba ponselku berdering.
Seseorang menelponku dengan nomor baru.
Aku mengangkat telpon itu.

"Hallo" sapaku ramah
"Hallo Nad, ini aku Naro"
Mendengar nama itu, tiba-tiba jantungku berdetak lebih kencang, suara itu, sudah lama sekali aku tidak mendengar suara itu.
Perasaanku masih gugup, tetapi aku berusaha bersikap biasa.
"Ohh hai Naro," jawabku
"Nad, kamu apa kabar? Sudah lama sekali kita tidak berbicara" ujarnya
"Aku baik, kamu?"
"Aku baik Nad, ohh yah Nad aku baru saja kembali ke kota ini, aku ingat kamu, kalo ada waktu sempatkan untuk kita ketemu" ajaknya
"Ohh iya, nanti aku kabarin kamu" jawabku
"Baiklah, btw kamu lagi apa?" Tanyanya
"Aku sedang membuat laporan, kamu?"
"Habis olahraga, aku langsung keingat kamu Nad, makanya aku telpon ternyata nomormu ga kamu ganti yah"
"Soal itu, itu karena aku pelupa jadi aku ga pernah ganti nomorku"
"Kau masih sama yah, seperti SMP dulu, pasti lucu" ujar Naro sambil tertawa.
Tiba-tiba saja aku merasa kupu-kupu hinggap di perutku, dan aku rasa wajahku memerah sekarang.
"Nad, nanti malam aku telpon yah aku ada urusan dulu"
"Ohh iya, baiklah"
"Bye. Jingga" ujarnya dan sambungan telpon terputus.

Aku menatap layar handphoneku yang mati sambil tersenyum.
Sambil menatap jauh ke arah jendela, aku memejamkan mataku.
"Abayi, aku bertemu Naro".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar