Selasa, 13 Agustus 2019

Sebuah hati yang patah

4 agustus 2018

Sebelumnya aku tidak pernah yakin untuk menulis sebuah catatan ini, karena catatan ini seharusnya sudah aku buang dari dulu, namun hatiku bilang untuk tidak membuangnya.
8 tahun, jatuh cinta sendiri selama itu ternyata membuat lukanya sembuh juga lama sekali. Sempat ingin sendiri hingga waktunya tiba, merelakan mereka yang mencintaiku dengan tulus, meninggalkan mereka yang sayang denganku dengan ikhlas demi seseorang yang berjanji akan mengajakku makan siomay di tempat favoritku dulu.
Hatiku pernah patah karena aku menyatakan perasaanku sendiri, dia pergi dengan orang yang jauh lebih dariku.
Hatiku patah karena mengingat dulu begitu lucunya kami ketika kami bertengkar hanya karena hal-hal kecil.
Patah hatiku, yang lukanya membiru,nyeri hingga  tak bisa kusembuhkan melalui teknik dikstrasi atau relaksasi.
Aku pernah sayang dengan seseorang yang ternyata membuangku, aku pernah sayang dengan seseorang yang dulu kutunggu. Aku pernah sayang dengan orang yang berjanji padaku dan berkata "jadi jangan ragu sama aku:)"

Malam itu dia berucap yang tak kutangkap, alih-alih memimpikan masa depan, aku justru terpleset menuju jurang-jurang kecewa.
Sakit sekali.

Tapi toh itu dulu kan, katamu kita memang tidak punya ruang sayang.
Padahal, tempatmu sudah kutata begitu anggun dalam hati, kamu saja yang tidak membangunnya.

Dulu, kamu bilang "aku sayang kamu" setiap hari, tapi taukah kamu bahwa, aku merasa itu bukan perwakilan dari hatimu.

Ternyata benar,
Kau benar dan amat sangat benar.

Ketika aku menunggumu,
Tiba-tiba kulihat sosok dia,
Sosok dia yang berdiri disampingmu dengan senyum yang ia pahat sendiri.

Aku lupa bilang,
Aku mau di sampingmu.

Kalimat itu aku lupa bilang selama 8 tahun ini.

Terakhir pesan dari saya.

"Terimakasih untuk 8 tahunnya, kau benar, tidak ada cinta diantara kita".

-larasati-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar